KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas keperawatan KMB 1 dengan judul “EFUSI PLEURA“ yang merupakan salah satu memenuhi persyaratan tugas mata kuliah KMB 1 dan diharapkan mahasiswa/i bisa memahami dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan masyarakat.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Mikrobiologi dan parasitologi yaitu Ibu EVA LISTIA S.Kep dan pihak-pihak lain yang telah banyak memberikan referensi
akan makalah ini.
Dalam
penyusunan tugas ini kami berusaha semaksimal mungkin namun kemampuan kami
sangat terbatas, sehingga penyusunan tugas ini jauh dari sempurna, dan kami
menyadari akan segala kekurangan dalam penyusunan tugas ini. Kami mengharap
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas makalah
ini dan kesempatan penulis selanjutnya.
Kami
mengucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas
ini.Semoga bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.
Lubuklinggau, Oktober 2013
Kelompok 3
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR
ISI............................................................................................................
BAB
1 PENDAHULUAN........................................................................................
1.1.
Latar belakang...................................................................................
1.2.
Rumusan masalah...............................................................................
1.3.
Tujuan penelitian.................................................................................
BAB
2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................
2.1 Pengertian...........................................................................................
2.2 Etiologi...............................................................................................
2.3 Tanda dan Gejala................................................................................
2.4 Patofisiologi.........................................................................................
2.5 Pemeriksaan diagnostik........................................................................
2.6 Penatalaksanaan medis.........................................................................
2.2 Etiologi...............................................................................................
2.3 Tanda dan Gejala................................................................................
2.4 Patofisiologi.........................................................................................
2.5 Pemeriksaan diagnostik........................................................................
2.6 Penatalaksanaan medis.........................................................................
3.1 Pengkajian..........................................................................................
3.2
Diagnosa keperawatan.........................................................................
BAB
4 PENUTUPAN...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. latar Belakang
PENDAHULUAN
1.1. latar Belakang
Efusi
pleura ganas (EPG) kini telah menjadi suatu permasalahan klinis yang umum
terjadi pada penderita kanker.EPG dapat disebabkan oleh hampir semua jenis
keganasan, dimana hampir sepertiganya karena kanker paru. Saat ini kanker paru
merupakan penyebab terbanyak EPG sebanyak 36% (7,2% dari seluruh kasus efusi)
dari seluruh kasus EPG. EPG dapat menimbulkan gejala awal pada kanker yang
belum terdiagnosa, atau sebagai komplikasi lebih lanjut pada pasien yang telah
didiagnosa mengidap kanker, ataupun sebagai manifestasi pertama kekambuhan
kanker sesudah menjalani pengobatan.Bila dijumpai diagnosis EPG berarti
menandakan buruknya prognosis.Penderita kanker yang disertai EPG memiliki daya
tahan hidup rata-rata kurang dari 6 bulan sejak terdiagnosa sebagai EPG. Oleh
karena itu semakin cepat suatu efusi pleura tersebut dapat dibedakan apakah
ganas atau jinak tentunya akan sangat membantu dalam menentukan penatalaksanaan
yang tepat terhadap penyakit yang mendasarinya dan turut meningkatkan
prognosis.
Di
Indonesia, pemeriksaan CEA cairan pleura untuk menunjang diagnosisEPG karena
kanker paru hanya pernah sekali dilakukan di RS.Dr.Sutomo Surabaya oleh Irawan
dkk (2002) dengan jumlah sampel sebanyak 15 orang. Irawan dkk melaporkan bahwa
kadar CEA cairan pleura diatas 10 ng/ml sebagai kriteria skrining optimal untuk
menentukan EPG karena kanker paru dengansensitivitas 77,8%; 63,6% nilai
prediksi positif; 50% nilai prediksi negatif; dan60% keakuratan, sedangkan
spesifisitas 50% untuk CEA cairan pleura diatas 20 ng/ml. Hal yang menarik
bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada perbandingan hasil sitologi
dengan kadar CEA cairan pleura, sehingga kadar CEA cairan pleura dapat
digunakan sebagai sarana diagnostik tambahan pada kasus EPG karena kanker paru.
Disadari bahwa sensitivitas dan spesifisitas kadar CEA cairan pleura terhadap
diagnosis suatu EPG cukup bervariasi dari berbagai laporan hasil penelitian
yang lebih banyak dilakukan di Amerika dan Eropa
Namun
di Medan, penelitian terhadap sensitivitas kadar CEA cairan pleura karena
kanker paru tersebut belum pernah dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui sensitivitas pemeriksaan CEA cairan pleura, yang
nantinya dapat menjadi sarana penunjang diagnostik non-invasif tambahan yang
lebih cepat, mudah dan nyaman untuk pasien terutama pada kasus EPG dengan hasil
sitologi/histologi negatif.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas perlu diteliti apakah pemeriksaan CEA cairan pleura dapat
digunakan sebagai sarana penunjang diagnostik untuk menentukan suatu EPG karena
kanker paru.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan
umum
Mengetahui
peranan pemeriksaan CEA cairan pleura dalam menentukan
suatu EPG karena kanker paru.
suatu EPG karena kanker paru.
2. Tujuan khusus
Mengetahui
sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan CEA cairan pleuradalam menentukan
suatu EPG karena kanker paru.stadium kanker paru tanpa harus menjalani prosedur
pemeriksaan dengan tindakan invasive yang sering menemui kendala untuk
dilakukan pada pasien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Efusi
pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer
jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi
dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau
dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000). Efusi pleural adalah
pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral
dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan
penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C
Suzanne, 2002). Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan
cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995).
2.2
Etiologi
1. Hambatan
resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada
dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor
ovarium) dan sindroma vena kava superior.
2. Pembentukan
cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus),
bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena
tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena
tuberculosis.
Kelebihan
cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik,
kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat
mekanisme dasar :
·
Peningkatan tekanan kapiler subpleural
atau limfatik
·
Penurunan tekanan osmotic koloid darah
·
Peningkatan tekanan negative
intrapleural
·
Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
2.3.
Tanda dan Gejala
1. Adanya
timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan
cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
2. Adanya
gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak
keringat, batuk, banyak riak.
3. Deviasi
trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan
pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan
fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan
berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam
keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu).
5. Didapati
segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas
garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler
melemah dengan ronki.
6. Pada
permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
2.4
Patofisiologi
Didalam
rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh
permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis.Cairan ini dihasilkan oleh
kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan
daya tarik elastis.Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan
pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh
limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya
cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan
antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat
inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan
vena (gagal jantung).Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas
transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung
karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis
hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun.
Eksudat
dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung
dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini
juga mengandung banyak sel darah putih.Sebaliknya transudat kadar proteinnya
rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
2.5
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan
radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya sudut
kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan
melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.
2. Ultrasonografi.
3. Torakosentesis
/ pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi,
berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior,
pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah
(hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa
mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
4. Cairan
pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam
(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa,
amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel
malignan, dan pH.
5. Biopsi
pleura mungkin juga dilakukan
2.6
Penatalaksanaan Medis
1. Tujuan
pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan
kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu.
Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif,
pneumonia, sirosis).
2. Torasentesis
dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan
analisis dan untuk menghilangkan disneu.
3. Bila
penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari
tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan
elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan
pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase
water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan
paru.
4. Agen
yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang
pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih
lanjut.
5. Pengobatan
lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi,
dan terapi diuretic.
BAB
3
ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
1.
Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, tempat/tanggal lahir, umur,pendidikan, agama, alamat, tanggal masuk rumah sakit.
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, tempat/tanggal lahir, umur,pendidikan, agama, alamat, tanggal masuk rumah sakit.
2.
Keluhan utama
Adanya penumpukan cairan di rongga pleura.
Adanya penumpukan cairan di rongga pleura.
3.
Riwayat penyakit dahulu.
Klien pernah bedah dada/trauma, .
Klien pernah bedah dada/trauma, .
4.
Pengkajian fisik
5.
Keadaan umum: baik
6.
Kesadaran compos mentis.
Tanda vital : TD : 120/90 mmHg ( normal), Nadi : 60-100 x/menit ( normal), Suhu : 35,5-37 °C , RR : 18-24 x/menit (normal).
Tanda vital : TD : 120/90 mmHg ( normal), Nadi : 60-100 x/menit ( normal), Suhu : 35,5-37 °C , RR : 18-24 x/menit (normal).
7.
Aktifitas/istirahat Gejala : dispneu dengan aktifitas ataupun istirahat
Sirkulasi Tanda : Takikardi, disritmia,
irama jantung gallop, hipertensi/hipotensi, DVJ
8.
Integritas Tanda : ketakutan, gelisah
9.
Makanan/cairanAdanya pemasangan IV vena sentral/ infus
10.
Nyeri/kenyamanan
Gejala tergantung ukuran/area terlibat : Nyeri yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi
Gejala tergantung ukuran/area terlibat : Nyeri yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi
11.
Pernapasan
Gejala : K esulitan bernapas, Batuk, riwayat bedah dada/trauma,
Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, retraksi interkostal, Bunyi napas menurun dan fremitus menurun (pada sisi terlibat), Perkusi dada : hiperresonan diarea terisi udara dan bunyi pekak diarea terisi cairan
Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau kemps, penurunan pengembangan (area sakit). Kulit : pucat, sianosis,berkeringat, krepitasi subkutan.
Gejala : K esulitan bernapas, Batuk, riwayat bedah dada/trauma,
Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, retraksi interkostal, Bunyi napas menurun dan fremitus menurun (pada sisi terlibat), Perkusi dada : hiperresonan diarea terisi udara dan bunyi pekak diarea terisi cairan
Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau kemps, penurunan pengembangan (area sakit). Kulit : pucat, sianosis,berkeringat, krepitasi subkutan.
3.2
Diagnosa Keperawatan
1.
Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan),
gangguan musculoskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis, GDA taknormal.
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil :
Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis, GDA taknormal.
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil :
·
Menunjukkan pola napas normal/efektif
dng GDA normal.
·
Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia
Intervensi
:
1.
Identifikasi etiologi atau factor
pencetus.
2.
Evaluasi fungsi pernapasan (napas cepat,
sianosis, perubahan tanda vital).
3.
Auskultasi bunyi napas.
4.
Catat pengembangan dada dan posisi
trakea, kaji fremitus.
5.
Pertahankan posisi nyaman biasanya peninggian
kepala tempat tidur
6.
Bila selang dada dipasang :
- periksa pengontrol penghisap, batas cairan
- Observasi gelembung udara botol penampung
- Klem selang pada bagian bawah unit drainase bila terjadi kebocoran
- Awasi pasang surutnya air penampung
- Catat karakter/jumlah drainase selang dada.
- Berikan oksigen melalui kanul/masker.
- periksa pengontrol penghisap, batas cairan
- Observasi gelembung udara botol penampung
- Klem selang pada bagian bawah unit drainase bila terjadi kebocoran
- Awasi pasang surutnya air penampung
- Catat karakter/jumlah drainase selang dada.
- Berikan oksigen melalui kanul/masker.
2. Nyeri dada b.d
faktor-faktor biologis (trauma jaringan) dan faktor-faktor fisik (pemasangan
selang dada).
Tujuan : Nyeri hilang
atau berkurang
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
·
Pasien mengatakan nyeri berkurang
atau dapat dikontrol.
·
Pasien tampak tenang.
Intervensi :
·
Kaji terhadap adanya nyeri, skala dan
intensitas nyeri.
·
Ajarkan pada klien tentang manajemen
nyeri dengan distraksi dan relaksasi.
·
Amankan selang dada untuk membatasi
gerakan dan menghindari iritasi.
·
Kaji keefektifan tindakan penurunan rasa
nyeri.
·
Berikan analgetik sesuai indikasi.
·
Resiko tinggi trauma/henti napas b.d
proses cidera, system drainase dada, kurang pendidikan keamanan/pencegahan.
Tujuan : tidak terjadi
trauma atau henti napas
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
·
Mengenal kebutuhan/mencari bantuan untuk
mencegah komplikasi.
·
Memperbaiki/menghindari lingkungan dan
bahaya fisik.
Intervensi :
·
Kaji dengan pasien tujuan/fungsi unit
drainase, catat gambaran keamanan.
·
Amankan unit drainase pada tempat tidur
dengan area lalu lintas rendah.
·
Awasi sisi lubang pemasangan selang,
catat kondisi kulit, ganti ulang kasa penutup steril sesuai kebutuhan.
·
Anjurkan pasien menghindari
berbaring/menarik selang.
·
Observasi tanda distress pernapasan bila
kateter torak lepas/tercabut.
·
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan
aturan pengobatan.
Tujuan : Mengetahui
tentang kondisinya dan aturan pengobatan
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
·
Menyatakan pemahaman tentang masalahnya.
·
Mengikuti program pengobatan dan
menunjukkan perubahan pola hidup untuk mencegah terulangnya masalah.
Intervensi :
1.
Kaji pemahaman klien tentang masalahnya.
2.
Identifikasi kemungkinan kambuh/komplikasi
jangka panjang.
3.
Kaji ulang praktik kesehatan yang baik,
nutrisi, istirahat, latihan.
4.
Berikan informasi tentang apa yang
ditanyakan klien.
5.
Berikan reinforcement atas usaha
yang telah dilakukan klien .
BAB 4
SIMPULAN DAN SARAN
4.1
kesimpulan
Efusi
pleura merupakan pengumpulan cairan dalam spasium pleural yang terletak di
antara permukaan viseral dan parietal. Efusi pleura adalah proses penyakit
primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain. Efusi pleura mungkin merupakan komplikasi gagal
jantung kongestif, tuberkulosis, pneumoniainfeksi paru (terutama virus),
sindrom nefrotik, penyakit jaringan ikat, dan tumor neoplasik. Karsinoma
bronkogenik adalah malignasi yang paling umum berkaitan dengan efusi
pleura. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala. Efusi pleura yang
luas akan menyebabkan sesak napas.
4.2 Saran
4.2 Saran
Dengan
di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah
dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak
bisa menambah pengetahuan pembaca. Di sampin itu ami juga mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada
makalah kami selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Baughman C Diane, Keperawatan medical
bedah, Jakrta, EGC, 2000.
2.
Doenges E Mailyn, Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman untuk perencanaandan pendokumentasian perawatan pasien.
Ed3. Jakarta, EGC. 1999.
3.
Hudak,Carolyn M. Keperawatan kritis :
pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta.EGC. 1997.
4.
Purnawan J. dkk, Kapita Selekta
Kedokteran, Ed2.Media Aesculapius.FKUI.1982.
5.
Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep
klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta. EGC. 1995.
6.
Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar
Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarth’s, Ed8.Vol.1, Jakarta, EGC,
2002.
7.
Syamsuhidayat, Wim de Jong, Buku Ajar
Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, EGC, 1997.
Susan Martin Tucker, S
Susan Martin Tucker, S
Tidak ada komentar:
Posting Komentar